Monday, June 22, 2015

Kamu tidak akan pernah tahu rasanya

Harusnya aku memang tak perlu menghubungimu lagi, jika hanya untuk bertengkar dan memperdebatkan hal-hal tolol yang membuatku memutuskan pergi. Harusnya tak perlu aku membantumu lagi, jika hanya untuk kamu sakiti untuk yang kedua kali. Harusnya sudah sejak dulu kita berpisah, sehingga aku tak merasa terluka sedalam ini.

Kamu menawarkan banyak hal yang seharusnya aku tolak. Aku kira, aku sekuat baja, ternyata aku hanya Hawa yang tertipu dengan bisikan ular berbisa. Kamu hanya orang biasa, tidak punya apa-apa, tak ketemukan sisi menarik dari dirimu. Bodohnya, aku mencintaimu, sangat mencintaimu, perasaan itu pun masih sama meskipun aku berusaha sekuat mungkin untuk menghindarimu.

Sekarang, aku merasa menjadi gadis paling tolol yang tiba-tiba lemah karena tersakiti cinta. Kamu pergi justru di saat aku berharap semua mimpi kita bisa menjadi nyata. Aku kira kamu berbeda dan di otakku telah muncul banyak khayalan yang suatu saat bisa kita abadikan. Telah tergambar jelas bagaimana kelak kita bisa masuk masjid bersama, merapal doa yang sama, dan mengucapkan Doa  secara bersama. Aku telah membangun semua mimpi itu meskipun kamu tidak pernah tahu, tapi tiba-tiba kamu remukan semua, kamu hancurkan tanpa pikir panjang, dan kamu meninggalkanku seperti tak terjadi apapun.

Kamu tidak akan pernah tahu rasanya jadi aku. Jadi orang yang sulit untuk bernapas karena tidak tahu  kabarmu. Kamu tidak akan pernah tahu rasanya jadi perempuan yang diam-diam menangisimu ketika membaca seluruh pesan singkat kita dulu. Kamu tak akan pernah tahu rasanya jadi orang paling menderita karena merasa dibohongi sejauh ini. Kamu tidak akan pernah tahu dan otak bodohmu itu juga tak akan pernah paham. Perasaan dan hatimu yang telah mati tak akan mungkin mengerti.

Iya, aku yang bodoh, semua salahku, selalu salahku. Aku tidak bisa melupakan berisiknya suara sepeda motormu, kendaraan yang selalu mampir kerumahku kala aku kesepian sendiri di rumah. Sepeda motormu yang mengantarku pulang hingga depan pagar rumah. Aku tidak bisa lupa caramu memandangku dari kaca spion, bagaimana matamu melirikku dengan ramah. Aku tidak bisa melupakan pelukmu, yang selalu kuanggap rumah untuk pulang. Aku tidak bisa melupakan leluconmu yang sebenarnya tak lucu, namun karena aku sangat mencintaimu, sebisa mungkin aku berusaha tertawa. Aku tidak bisa lupa bagaimana tawamu bisa benar-benar membuatku merasa lega dan tenang. Aku tidak bisa melupakan dialek anehmu saat berbicara, gaya bicaramu yang selalu membuatku rindu. Aku tidak bisa melupakan genggaman erat jemarimu yang entah bagaimana bisa seketika menenangkanku. Aku tidak bisa berhenti untuk menatap pagar rumah, berharap kamu tiba-tiba ada di situ, membawakanku selusin senyuman dan sepotong pelukan.

Aku ini gadis bodoh yang hobinya cuma menangis, bermimpi, menulis, lalu tak pernah tahu apa yang harus aku lakukan jika hatiku sedang sangat remuk seperti ini. Aku tak tahu apa arti dari semua ini. Apa arti hubungan kita yang berjalan hanya sesaat ini. Apa arti kebohonganmu yang sebenarnya tak bisa dimaafkan tapi selalu berusaha aku maafkan. Aku tak mengerti mengapa sekarang kita masih berkabaran, namun status hubungan kita penuh "ketidakjelasan" tetapi bertingkah seperti berpasangan?

Aku tak mengerti mengapa pria bodoh sepertimu bisa membuatmu merasa gadis paling gila di dunia. Kamu membuat duniaku jungkir balik, pernapasanku selalu sesak karena lelah menangis, dan mataku selalu kabut karena penuh mendung. Kamu mengubah duniaku jadi berbeda. Aku sudah terbiasa denganmu. Terbiasa dengan pesan singkatmu, terbiasa dengan sapaanmu di ujung telepon, terbiasa dengan pelukmu, terbiasa dengan suara sepeda motormu, terbiasa dengan hadirmu, terbiasa dengan kita. Bagaimana mungkin kamu dan aku, yang sempat menjadi kita, harus kembali berpisah lagi menjadi aku dan kamu, sedangkan aku sangat nyaman menjadi kita?

Kamu tentu tidak akan pernah tahu rasanya jadi aku. Rasanya jadi gadis yang selalu menatap ponsel hanya karena menunggu kabar darimu. Kamu tak tahu rasanya jadi wanita yang tak tahu apa-apa, namun tiba-tiba dunianya jadi dibikin berbeda karena kehadiranmu. Kamu tak akan pernah tahu rasanya jadi aku-- yang selalu menunggumu pulang.

Ada banyak mimpi yang belum terwujud bersamamu. Salah satunya adalah aku ingin memelukmu semalaman, tak perlu ada percakapan, memelukmu sudah lebih dari cukup. Aku ingin mendengar degup jantungmu, merasakan degup cinta seperti apa yang ada di dadamu. Jika sudah mewujudkan mimpi yang satu itu, silakan kalau kamu mau pergi. Pergilah,dengan duniamu yang kau anggap paling menarik :)
-Dwitasari-

Saturday, June 13, 2015

Untuk Lelaki yang Hatinya Kupinjam Kemarin Dulu

Akihirnya aku memberanikan diri untuk bertemu denganmu lagi. Setelah 3 kali penolakan, rasanya kali ini kau patut ku berikan kesempatan. Bukan karena gengsi atau jual mahal, tapi hati ini memang kehilangan keberanian untuk memulai lagi sebuah hubungan.

Aku senang, kamu berbeda dengan mereka. Mereka yang selalu terburu-buru seakan dikejar waktu. Kau tahu persis kapan harus diam dan kapan harus bertanya mengenai masa laluku.

Mungkin, banyak yang sudah kau dengar dari mereka tentang siapa aku, mulai dari julukan perempuan jutek, perempuan sok jual mahal, sampai dengan ice queen karena lebih memilih untuk tidak berkawan dengan siapapun karena sering sekali aku menerima pengkhianatan dari temanku sendiri, kecuali seorang teman perempuan. Dan hari ini semua pertanyaanmu terjawab, bukan?

Bahwa aku membangun tembok setinggi mungkin dari laki-laki yang menjadikanku bahan taruhan, hanya demi kepuasan dan pembuktian bahwa aku dapat mereka jinakkan. Mungkin, mereka pikir aku bom atau hewan liar yang ada di hutan.

Biasanya, aku sebal dengan laki-laki yang hobi ngaret, aku tidak pernah suka laki-laki yang banyak bicara, dan wangi parfummu yang memenuhi setiap jengkal saluran pernapasan. Namun, entah mengapa, semua menjadi tidak penting lagi saat kau memberikan jaket hangatmu ketika aku sibuk meminta pembalut terhadap teman-temanku.

Aku suka saat kau memperlambat laju kendaraanmu hanya untuk mendengarkanku berceloteh ria, ketika aku berisik sekali untuk menyuruhmu memakai slayer agar tak terkena debu. Begitu juga saat kamu lupa membawa jas hujan dan lalu memakai jas hujan plastik yang sangat berisik dan aku kau suruh memegangnya sepanjang perjalanan. Entah itu dengan kesengajaan atau tidak, aku tidak mengerti....

Sepanjang perjalanan, aku mempertimbangkan, apakah waktu yang akan kita habiskan menjadi sebuah keharusan. Kalau saja mendadak aku mati bosan, seribu satu alasan sudah ku persiapkan untuk membatalkannya. Karena sudah beberapa kali aku membatalkan janji denganmu diwaktu kamu sudah didepan rumahku dan kamu menunggu selama 2 jam lamanya dengan pintu tertutup.

"kamu seperti cumi goreng tepung ini, ya."

"maksudmu? Bulat-bulat gendut ya?"

"bukan, kamu garing!"

Masih ingat saat itu kita tertawa? sepotong capit kepiting terbang bebas dari tanganmu dan mendarat sukses ditengah meja.

Tidak perlu banyak kata karena mata berbicara atas nama semua rasa.
Malam itu menyenangkan, seperti bulan yang mengintip diam-diam saat kita duduk bersebelahan.

Semoga kali ini benar berbeda.

Sejak malam itu, aku lebih merasa mengenal diriku sendiri. Terimakasih untuk 5 hal ternyata yang baru ku tahu jawabannya.

Ternyata, mencoba hal baru tidak semenakutkan yang ku kira.

Ternyata, ditanganmu kepiting bisa terbang.

Ternyata, masih ada yang sanggup bertahan untuk memanjat tingginya tembok yang ku bangun kemarin dulu.

Ternyata, restoran seafood bukan ide yang bagus untuk dijadikan pilihan saat kencan, susah mau pegangan tangan? mungkin . . . .

Ternyata, bahumu empuk seperti potongan cumi goreng yang kita perebutkan.
Meskipun garing tidak mengapa, kamu sederhana tidak seperti mereka yang sebelumnya menjejaliku dengan mimpi yang itu-itu saja...

Karena rasa mampu menerkam cerita, dan setiap cerita mempunyai rasa.....

-RASA CINTA-
Mencecap Cerita di Setiap Rasa 

Saturday, June 6, 2015

Cinta Pertama dalam Hidupku Hadir dari Waktu yang Tidak Mungkin lagi Kita Bertemu

Kini kita dipertemukan kembali. Aku dan kamu menjadi lebih dekat dari orang yang biasa, lalu menjadi orang istimewa.

Bahagia.

Ya, aku bahagia.

Tapi aku takut, karena aku ingin bahagia selamanya.

Jika ini hanya mimpi, jangan bangunkan aku! Biarkan aku terlelap dalam khayalan cerita yang disusun begitu indah dan rapi. Aku ingin menikmati setiap detik di dekatmu dan meratapi setiap detik kejauhan kita.
Ini tidak direncanakan.

Kini, kita jauh terpisah diantara hiruk pikuk musik disekitarku.

Dulu, aku menikmati malam dengan pesta pora seperti ini. Sekarang, aku hanya rebah dikasurku, membayangkan apa yang sedang kamu lakukan tanpaku, disampingmu.

Aku rindu, senyuman manis yang menyipitkan matamu.
Kamu menyuruhku menikmati hari ini. Tetapi entah mengapa, aku memilih mencari aman. Karena aku juga ingin sebaliknya, kamu merasa aman, sehingga kepercayaan diantara kita semakin kuat.

Aku tidak ingin mengecewakanmu karena aku tidak ingin dikecewakan.

Aku pernah merasakan kegagalan  dan aku bangkit. Lalu aku merasakan jatuh lagi sehingga aku pun pernah merasa berada dititik dimana aku mati rasa dan hanya menjalani hari demi hari seperti itu itu saja.

Kini aku kembali bangkit dan cukup.

Cukup sampai disini.

                                                        ***

Ketika seseorang pernah merasakan cinta, lalu orang itu pernah gagal, pada umumnya akan ada luka yang membekas, sehingga sulit untuk kembali seperti dulu.

Aku tidak butuh ribuan teman, atau apapun itu, karena aku hanya butuh satu kamu dihidupku.

Sekarang, aku kembali mencinta dan aku tak akan membiarkan hatiku dirampas lagi. Tolong dijaga!
Sekarang, semua ini adalah nyata.

Aku takut.

Aku takut, ketakutan akan kehilanganmu menjadi bumerang yang akan membuatku benar-benar kehilanganmu.

Ceritakan padaku

Ceritakan padaku semuanya

Aku ingin memahamimu lebih dalam

Ceritakan padaku, masa lalumu.

Aku ingin melihat perubahan

Ceritakan padaku, kebahagiaan dan kesedihanmu.

Aku ingin ada dalam cerita-cerita indahmu,dimasa depan untuk selamanya

Walaupun ini semua berlangsung begitu cepat, aku tahu kita berdua sudah menunggu waktu lama untuk bisa bersama dalam waktu yang bertahun-tahun lamanya. Hanya saja, kondisi dan situasi belum memberikan izin kita untuk bersama.

Karena yang terpenting bukan apa yang bisa kamu miliki, tetapi bagaimana kamu bahagia bersama apa yang kamu miliki. Tidak peduli berapa kali aku akan terlahir kembali dan bertemu denganmu, tidak peduli dimana dan bagaimana kelak kita akan berjumpa, aku akan selalu jatuh cinta kepadamu. Lagi. Dan lagi.

Kamu masih ingat cinta pertamamu?


Aku masih.


Dan cinta pertama dalam hidupku hadir dari waktu yang tidak mungkin lagi kita bertemu.
Dan tolong jangan pernah ucapkan kata rindu kepadaku.

Saturday, February 14, 2015

Alzheimer Telah Menghancurkan Istriku

(Cerita Fiksi)
Menjadi seseorang yang bertempat dimana dia tak harus bertempat memang sangat menyakitkan. Sedih? Marah? Kecewa pun tak ada gunanya. Sudah tidak usah heran, hidupku memang sudah ditakdirkan seperti ini. Apa lagi pekerjaan saya sekarang adalah penulis di salah satu majalah remaja. Kadang yang saya tulis adalah hal-hal yang saya rasakan dan saya lihat disekitar. Sangat sudah biasa saat tulisan saya dicerca maupun ditertawakan. Tapi saya menjadi best penulis setelah setahun  bekerja menjadi tim penulis majalah remaja itu. Tulisan saya, postingan saya, bahkan status yang selalu saya buat selalu mendapat love atau pujian dari pembaca setia. Pekerjaan yang sekarang saya geluti sangatlah mudah karena saya bisa melakukan pekerjaan ini dirumah. Setiap waktu,saya bisa menyelesaikan pekerjaan ini.
Dahulu,sebelum saya terjun ke dunia tulis menulis ini saya bekerja di sebuah perusahaan minyak bagian Accounting. Ya, saya sangat suka sekali pada hitung menghitung dan angka-angka yang terdapat pada setiap laporan keuangan yang saya buat. Untuk masuk ke dunia perhitungan sangatlah mudah. Karena keluarga saya memang pandai menghitung dan mendalami di dunia yang sama, Accounting. Setiap orang  yang mendengar kata itu pasti memandang pekerjaan itu adalah salah satu pekerjaan yang banyak menanggung dosa. Kata orang, pekerjaan ini menuntut orang didalamnya menjadi tidak jujur. Di dunia inilah aku bertemu pada istriku yang sangat sempurna menurut pandanganku.

Suatu pagi di hari libur yang cerah, saya dan almarhumah Istri saya (saat itu 52 tahun) sedang duduk santai di teras. Kami duduk dalam ketenangan. Tiba-tba - sambil memperhatikan jari-jari kaki saya - Ia berucap “Jari kakimu kok kurang satu?” . Sesungguhnya saya tidak cacat. Jari saya jumlahnya normal, lima di kiri dan lima di kanan. Maka saya bilang ke Istri saya : “Jari ku normal sayang, jumlahnya sama seperti punya mu…” Tapi Ia bersikeras : “Tidak, jarimu kurang satu…!” Saya bersabar, tapi tidak mau mengalah juga : “Sama sayangkuu, coba kita hitung yuk”. Lalu saya mulai menghitung jari kaki istri saya ” satu dua tiga empat lima…” masing-masing di kaki kiri dan kanan. Istri saja menyimak. Setelah itu, saya beralih ke kaki saya sendiri “Sekarang ganti kakiku ya… satu dua tiga empat lima…sama kan…”. Ternyata istri saya masih keukeuh “Tadi nggak segitu…”. Lalu istri saya cemberut… Ekspresi wajahnya seperti anak kecil yang ketahuan salah tapi tidak mau disalahkan…
Memang sejak kami dibangku kuliah kejala ini sering saya dapati pada dirinya. Sejak dibangku kuliah ia sering sekali lupa menaruh dimana kacamatanya. Padahal, kacamata itu sedang ia gunakan dikepalanya. Teman-temannya pun hanya menertawakannya saja karena ia adalah orang yang humoris dan pandai sekali dekat dengan seseorang. Ia sering sekali terlambat masuk ke kelas karena lupa jika ke esokan harinya adalah kelas pagi. Ia pun sedikit lama untuk mengambil keputusan dibandingkan teman-temannya yang lain.
Istri saya bukan orang yang buta angka. Malah bisa dibilang waktu mudanya ahli hitung-hitungan, karena ia adalah kepala rumah sakit bagian Accounting. Jadi aneh kan, kalau ia sampai salah untuk urusan hitung-hitungan yang sesepele itu? Kejadian itu hanya salah satu dari serentetan perilaku “aneh” Istri saya. Ya, Istri saya mengalami demensia (kepikunan), tapi bukan pikun biasa. Istri saya menderita Alzheimer.
Sudah cukup lama memang tidak bertemu dengan istri saya sedari perkuliahan yang kita jalani bersama. Dulu kami adalah teman satu kampus, bahkan kami satu kelas. Ya, tentu saja dikelas Accounting. Yang saya tahu, ia dahulu sangat sering mengeluh karena dia merasa terjebak pada dunia yang harusnya tidak ia tekuni. “Kayanya aku mau pindah jurusan aja. Aku lama untuk berhitung.” “aku gak bisa kerjain ini.” “aku sebel udah itung panjang malah buyar semua.” “ ini kok ga balance terus sih salah kali ya yang buat soal.” “capek banget rasanya.” Itulah kalimat yang keluar dari mulutnya saat lelah sedang ia rasakan. Yang saya tahu, istri saya sangatlah mencintai tentang kehidupan social. Karena dia sudah terjebak didalam dunia yang ia rasa tidak sejalan dengan pemikirannya, maka ia pun mulai menyatukan pikirannya dan sifat sosialnya. Saat ia mendapakan nilai yang mengecewakan, ia selalu berkata “siapa bilang akuntan gak bisa jadi kaya sosialis yang bantu orang-orang seperti dokter? Aku buktikan ya, nanti aku juga bisa jadi akuntan yang sosialis ”  Saya sangat suka dengan caranya menyemangati dirinya sendiri. Kami pun kadang sangat suka sekali berdebat jika hasil laporan keuangan kami berbeda. Saling mendiamkan, lalu saling mencari jika membuat laporan keuangan kembali. Lucunya, kami tidak menyadari bahwa saat itu kami telah berkepala dua tetapi masih bertingkah seperti anak ABG labil yang baru masuk SMA.
Angan yang terpendam akan terwujud, cita-cita yang tinggi akan tergapai dengan usaha, keriangan, dan kesungguhan. Tiga tahun ini tak pernah saya melihat lagi seorang wanita yang selalu bersemangat itu. Kita terpisahkan oleh waktu yang terus berjalan. Terpisahkan oleh detak-detik jarum jam yang tak pernah berhenti berputar. Tapi kami dipertemukan lagi di salah satu ruangan hetic di mana kami saling membutuhkan. Saya melihat ia sedang memarahi salah seorang perawat karena memperumit pasien yang harus ditolong nyawanya terlebih dahulu. Mengajari tentang pembukuan pada salah seorang perawat yang berjaga di loket pembayaran. Ia pun mengajari bahwa setiap pasien yang masuk tak usah mempedulikan uang yang mereka punya, tetapi pedulikan dahulu keselamatan pasien itu. Sejak saat itulah kami menjalankan hubungan yang lebih serius dan melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Sebelum kami memperserius hubungan kami, banyak laki-laki yang membuat saya mender jika ingin mendekatinya. Maka, saya pun hanya bisa menjadi sahabat baiknya dikala duduk dibangku kuliah. Yang terpenting, melihat senyum tulusnya setiap hari membuat saya bahagia. Dekat dengannya, rasa nyaman pun selalu ada. Dia berbeda dia tak sama dengan wanita lainnya. Di saat masa remaja orang lain dihabiskan untuk saling mengenal atau berpacaran, ia lebih memilih berkutat dengan sibuknya. Sedari kuliah ia giat mencari uang untuk tambahan biaya kuliahnya. Ia juga sangat menggemari dunia olahraga. Salah satu hobby nya pun menjelajah gunung dan bela diri. Karena sifatnya yang cuek tak memperdulikan laki-laki yang mendekatinya, maka dari itu kami saling mengenal lebih dalam dari sebuah persahabatan.
Detak jantung terus berlantun, langkah kaki tetap terpadu. Dalam lembaran penuh warna kehidupan. Darinya, saya belajar bahwa semangat dapat mengubah segalanya yang tak mungkin pun akan menjadi mungkin. Yang tadinya omongannya tak dipedulikan, menjadi seseorang yang omongannya sangat didengarkan. Darinya, saya mendapatkan banyak inspirasi. Darinya pun, saya belajar menulis…ia sangat menyayangiku, sangat menghormati aku sebagai suaminya. Ia tak pernah melupakan tugasnya sebagai istri dan juga seorang akuntan disebuah rumah sakit.
Dan darinya, saya mendapatkan seorang putri kecil yang sangat cantik. Mirip dengannya, peri kecil ini selalu menjadi penolong bagi orang-orang disekitarnya termasuk saya, ayahnya.
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa. Pada penderita Alzheimer, gejala berkembang secara perlahan-lahan seiring waktu. Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di atas 65 tahun dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas 80 tahun. Meski begitu, penyakit yang menjangkiti lebih banyak wanita ketimbang laki-laki ini juga dapat dialami oleh orang-orang yang berusia antara 40 hingga 65 tahun. Diperkirakan sebanyak 5 persen penderita Alzheimer terjadi pada kisaran usia tersebut.

Lalu apa tanda-tanda penyakit Alzaimer? Awalnya, Istri saya hanya menunjukkan gejala-gejala lupa biasa, tapi makin lama makin sering lupa. Lupa menaruh sesuatu, lupa mengambil sesuatu, lupa mau mengatakan apa, bahkan sampai salah menyebut nama. Seperti kata orang, lupa “bawaan tua”. Namun seiring waktu kejalanya meningkat. Saya dan istri saya membiasakan untuk solat subuh berjamaah, namun rukun solat dan wudhu pun ia semakin kacau, diulang-ulang atau terbalik-balik. Lalu makan dan berpakaian saja harus dipandu. Sebelum penyakitnya mulai parah, ia tak pernah lupa menyiapkan pakaian,sepatu dan membenarkan dasi saya yang salah. Keadaannya semakin memburuk karena emosinya pun berubah drastis. Ia menjadi mudah tersinggung, mudah marah, gampang bingung, murung, sering menangis tanpa alasan, dan lebih banyak diam. Karena biasanya apapun yang ia lakukan,ia selalu bercerita jujur kepada saya. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauannya, atau jika ia mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya, ia bisa panik,menangis,bahkan histeris. Pernah suatu hari ketika ia melakukan kesalahan kecil yang tidak ia sengaja, Istri saya berteriak-teriak dan menangis ketakutan. Memang kacaunya orientasi tempat dan waktu merupakan salah satu gejala penyakit Alzheimer. Dalam sehari bisa belasan kali istri saya menyanyakan hari.
Lalu bagaimana cara berkomunikasi? Sangat sulit. Karena Istri saya pun kesulitan mengungkapkan maksud dan pikirannya. Seolah banyak sekali yang ingin beliau katakan. Namun setiap kali kalimatnya terhenti karena tidak menemukan kata-kata, atau bisa jadi ide di benaknya pun raib.
Selain sulit berkomunikasi, Istri saya pun hampir lupa identitas kami. Kadang-kadang istri saya menyebut nama saya dengan nama mantannya dan sering pula mengira anak kami sebagai adik sepupunya. Beliau tahu bahwa kami adalah orang-orang yang dikenalnya, yang dekat dengannya, yang disayanginya, yang dirindukannya. Namun, setiap kali kami musti mengingatkan siapa nama kami. Momen- momen itu sekaligus saya manfaatkan untuk mengingatkan istri saya tentang angka dan hitungan, meskipun itu sudah tidak ada faedahnya lagi bagi istri saya… Tapi setidaknya, saya berusaha membangunkan daya pikirnya. Untuk mengaktifkan otaknya, saya selalu menyediakan buku cerita yang ringan untuknya. Karena itu saya pilihkan buku anak-anak seputar cerita rakyat, cerita nabi-nabi dan fabel… Alhamdulillah Istri saya menyukainya… Bahkan buang air besar atau kecil menjadi tak terkontrol dan harus mengenakan popok Maka dari itu saya mengundurkan diri dari pekerjaan saya dan menjadi seorang penulis seperti sekarang agar tetap bisa menjaga istri saya dan merawatnya. Sama seperti ia merawat saya dan putri kecil saya dulu yang kini sudah beranjak dewasa.
Di sisi lain, kami kesulitan untuk menjelaskan kepada orang-orang di sekitar kami tentang keadaan istri saya yang sesungguhnya. Sulit meyakinkan bahwa yang istri saya derita itu penyakit medis, bukan jin jahat, bukan kutukan… Semua itu berujung pada ketidak mengertian awam tentang penyakit Alzheimer… Bahkan sampai saat ini saya menduga masih banyak sekali orang yang tidak tahu apa itu penyakit Alzheimer…
“pah besok aku wisuda jangan lupa datang yah pah. Aku sore ini nginep dikampus supaya besok gak kesiangan. Papah jangan lupa datang ya. Bersama mama ya.” Peri kecil kini sudah tumbuh menjadi seoarang yang cantik dan mirip sekali dengan ibunya. Menjadi seorang dokter yang sosialis adalah cita-citanya agar bisa menyembuhkan penyakit ibunya dan menolong orang-orang disekitar. Entah harus memberi kabar seperti apa kepada peri kecilku yang selalu memberikan senyum tulus yang sangat mirip dengan senyum ibunya itu. “selamat ya nak, papah bangga sama kamu. Maaf papa datang telat,ini ada titipan bunga dari mamah.” Saya memberinya seikat bunga. “Mama mana pah? Gak ikut? Lagi istirahat ya pasti? Habis ini aku pasti jadi dokter yang bisa nyembuhin mama pah. Aku juga bakal bantu orang-orang yang ngebutuhin aku.” Walaupun berat, saya tetap harus memberitahukan ini kepada peri kecil saya walaupun saya tau ini adalah hari bahagianya. “mama dek… mama…..” sambil menggoyang-goyangkan tangan saya, air matanya mulai menetes. Saya sungguh berat melihatnya menangis seperti ini. “mama kenapa pah? Kok papah diam?” I “mama sudah gak ada dek….”
Meskipun kurang dikenal, faktanya Alzheimer adalah penyakit paling mematikan urutan ke 5 di dunia. Hadirnya diam-diam, berkembangnya pelan namun progresif… terus maju tanpa bisa dihentikan. Nyata-nyata Alzheimer merupakan silent killer yang tak boleh dianggap sepi. Tak kurang nyawa mendiang Ronald Reagan dan Winston Churchil pun direnggutnya.
Alzheimer telah menggerogoti kemampuan intelektual istri saya, menghancurkan kepribadiannya, mencabik-cabik emosinya, mencederai harkat kemanusiaannya….juga terhadap penderita lainnya. Lewat tulisan ini, saya hanya ingin sharing dan mengajak, mari kita kenali Alzheimer, dan cegah kehadirannya di keluarga kita. Kita mulai dengan pola hidup dan pola makan sehat. Tetap aktifkan otak dan fisik secara positif., kembangkan hobi dan komunikasi yang sehat, dan yang pasti, dekatkan diri pada Sang Khaliq, mohon perlindungannya…
Jangan sampai kecolongan!

Selamat jalan sayang,kami tetap disini, peri kecil kita telah tumbuh menjadi sosialis seperti yang kau mau. Doa kami akan terus mengalir untukmu, untuk istriku tercinta.... terimakasih sayang, semua yang kau buat begitu indah. Cinta kita sempurna, karna kamu yang menyempurnakannya....