Saturday, February 14, 2015

Alzheimer Telah Menghancurkan Istriku

(Cerita Fiksi)
Menjadi seseorang yang bertempat dimana dia tak harus bertempat memang sangat menyakitkan. Sedih? Marah? Kecewa pun tak ada gunanya. Sudah tidak usah heran, hidupku memang sudah ditakdirkan seperti ini. Apa lagi pekerjaan saya sekarang adalah penulis di salah satu majalah remaja. Kadang yang saya tulis adalah hal-hal yang saya rasakan dan saya lihat disekitar. Sangat sudah biasa saat tulisan saya dicerca maupun ditertawakan. Tapi saya menjadi best penulis setelah setahun  bekerja menjadi tim penulis majalah remaja itu. Tulisan saya, postingan saya, bahkan status yang selalu saya buat selalu mendapat love atau pujian dari pembaca setia. Pekerjaan yang sekarang saya geluti sangatlah mudah karena saya bisa melakukan pekerjaan ini dirumah. Setiap waktu,saya bisa menyelesaikan pekerjaan ini.
Dahulu,sebelum saya terjun ke dunia tulis menulis ini saya bekerja di sebuah perusahaan minyak bagian Accounting. Ya, saya sangat suka sekali pada hitung menghitung dan angka-angka yang terdapat pada setiap laporan keuangan yang saya buat. Untuk masuk ke dunia perhitungan sangatlah mudah. Karena keluarga saya memang pandai menghitung dan mendalami di dunia yang sama, Accounting. Setiap orang  yang mendengar kata itu pasti memandang pekerjaan itu adalah salah satu pekerjaan yang banyak menanggung dosa. Kata orang, pekerjaan ini menuntut orang didalamnya menjadi tidak jujur. Di dunia inilah aku bertemu pada istriku yang sangat sempurna menurut pandanganku.

Suatu pagi di hari libur yang cerah, saya dan almarhumah Istri saya (saat itu 52 tahun) sedang duduk santai di teras. Kami duduk dalam ketenangan. Tiba-tba - sambil memperhatikan jari-jari kaki saya - Ia berucap “Jari kakimu kok kurang satu?” . Sesungguhnya saya tidak cacat. Jari saya jumlahnya normal, lima di kiri dan lima di kanan. Maka saya bilang ke Istri saya : “Jari ku normal sayang, jumlahnya sama seperti punya mu…” Tapi Ia bersikeras : “Tidak, jarimu kurang satu…!” Saya bersabar, tapi tidak mau mengalah juga : “Sama sayangkuu, coba kita hitung yuk”. Lalu saya mulai menghitung jari kaki istri saya ” satu dua tiga empat lima…” masing-masing di kaki kiri dan kanan. Istri saja menyimak. Setelah itu, saya beralih ke kaki saya sendiri “Sekarang ganti kakiku ya… satu dua tiga empat lima…sama kan…”. Ternyata istri saya masih keukeuh “Tadi nggak segitu…”. Lalu istri saya cemberut… Ekspresi wajahnya seperti anak kecil yang ketahuan salah tapi tidak mau disalahkan…
Memang sejak kami dibangku kuliah kejala ini sering saya dapati pada dirinya. Sejak dibangku kuliah ia sering sekali lupa menaruh dimana kacamatanya. Padahal, kacamata itu sedang ia gunakan dikepalanya. Teman-temannya pun hanya menertawakannya saja karena ia adalah orang yang humoris dan pandai sekali dekat dengan seseorang. Ia sering sekali terlambat masuk ke kelas karena lupa jika ke esokan harinya adalah kelas pagi. Ia pun sedikit lama untuk mengambil keputusan dibandingkan teman-temannya yang lain.
Istri saya bukan orang yang buta angka. Malah bisa dibilang waktu mudanya ahli hitung-hitungan, karena ia adalah kepala rumah sakit bagian Accounting. Jadi aneh kan, kalau ia sampai salah untuk urusan hitung-hitungan yang sesepele itu? Kejadian itu hanya salah satu dari serentetan perilaku “aneh” Istri saya. Ya, Istri saya mengalami demensia (kepikunan), tapi bukan pikun biasa. Istri saya menderita Alzheimer.
Sudah cukup lama memang tidak bertemu dengan istri saya sedari perkuliahan yang kita jalani bersama. Dulu kami adalah teman satu kampus, bahkan kami satu kelas. Ya, tentu saja dikelas Accounting. Yang saya tahu, ia dahulu sangat sering mengeluh karena dia merasa terjebak pada dunia yang harusnya tidak ia tekuni. “Kayanya aku mau pindah jurusan aja. Aku lama untuk berhitung.” “aku gak bisa kerjain ini.” “aku sebel udah itung panjang malah buyar semua.” “ ini kok ga balance terus sih salah kali ya yang buat soal.” “capek banget rasanya.” Itulah kalimat yang keluar dari mulutnya saat lelah sedang ia rasakan. Yang saya tahu, istri saya sangatlah mencintai tentang kehidupan social. Karena dia sudah terjebak didalam dunia yang ia rasa tidak sejalan dengan pemikirannya, maka ia pun mulai menyatukan pikirannya dan sifat sosialnya. Saat ia mendapakan nilai yang mengecewakan, ia selalu berkata “siapa bilang akuntan gak bisa jadi kaya sosialis yang bantu orang-orang seperti dokter? Aku buktikan ya, nanti aku juga bisa jadi akuntan yang sosialis ”  Saya sangat suka dengan caranya menyemangati dirinya sendiri. Kami pun kadang sangat suka sekali berdebat jika hasil laporan keuangan kami berbeda. Saling mendiamkan, lalu saling mencari jika membuat laporan keuangan kembali. Lucunya, kami tidak menyadari bahwa saat itu kami telah berkepala dua tetapi masih bertingkah seperti anak ABG labil yang baru masuk SMA.
Angan yang terpendam akan terwujud, cita-cita yang tinggi akan tergapai dengan usaha, keriangan, dan kesungguhan. Tiga tahun ini tak pernah saya melihat lagi seorang wanita yang selalu bersemangat itu. Kita terpisahkan oleh waktu yang terus berjalan. Terpisahkan oleh detak-detik jarum jam yang tak pernah berhenti berputar. Tapi kami dipertemukan lagi di salah satu ruangan hetic di mana kami saling membutuhkan. Saya melihat ia sedang memarahi salah seorang perawat karena memperumit pasien yang harus ditolong nyawanya terlebih dahulu. Mengajari tentang pembukuan pada salah seorang perawat yang berjaga di loket pembayaran. Ia pun mengajari bahwa setiap pasien yang masuk tak usah mempedulikan uang yang mereka punya, tetapi pedulikan dahulu keselamatan pasien itu. Sejak saat itulah kami menjalankan hubungan yang lebih serius dan melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Sebelum kami memperserius hubungan kami, banyak laki-laki yang membuat saya mender jika ingin mendekatinya. Maka, saya pun hanya bisa menjadi sahabat baiknya dikala duduk dibangku kuliah. Yang terpenting, melihat senyum tulusnya setiap hari membuat saya bahagia. Dekat dengannya, rasa nyaman pun selalu ada. Dia berbeda dia tak sama dengan wanita lainnya. Di saat masa remaja orang lain dihabiskan untuk saling mengenal atau berpacaran, ia lebih memilih berkutat dengan sibuknya. Sedari kuliah ia giat mencari uang untuk tambahan biaya kuliahnya. Ia juga sangat menggemari dunia olahraga. Salah satu hobby nya pun menjelajah gunung dan bela diri. Karena sifatnya yang cuek tak memperdulikan laki-laki yang mendekatinya, maka dari itu kami saling mengenal lebih dalam dari sebuah persahabatan.
Detak jantung terus berlantun, langkah kaki tetap terpadu. Dalam lembaran penuh warna kehidupan. Darinya, saya belajar bahwa semangat dapat mengubah segalanya yang tak mungkin pun akan menjadi mungkin. Yang tadinya omongannya tak dipedulikan, menjadi seseorang yang omongannya sangat didengarkan. Darinya, saya mendapatkan banyak inspirasi. Darinya pun, saya belajar menulis…ia sangat menyayangiku, sangat menghormati aku sebagai suaminya. Ia tak pernah melupakan tugasnya sebagai istri dan juga seorang akuntan disebuah rumah sakit.
Dan darinya, saya mendapatkan seorang putri kecil yang sangat cantik. Mirip dengannya, peri kecil ini selalu menjadi penolong bagi orang-orang disekitarnya termasuk saya, ayahnya.
Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa. Pada penderita Alzheimer, gejala berkembang secara perlahan-lahan seiring waktu. Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di atas 65 tahun dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas 80 tahun. Meski begitu, penyakit yang menjangkiti lebih banyak wanita ketimbang laki-laki ini juga dapat dialami oleh orang-orang yang berusia antara 40 hingga 65 tahun. Diperkirakan sebanyak 5 persen penderita Alzheimer terjadi pada kisaran usia tersebut.

Lalu apa tanda-tanda penyakit Alzaimer? Awalnya, Istri saya hanya menunjukkan gejala-gejala lupa biasa, tapi makin lama makin sering lupa. Lupa menaruh sesuatu, lupa mengambil sesuatu, lupa mau mengatakan apa, bahkan sampai salah menyebut nama. Seperti kata orang, lupa “bawaan tua”. Namun seiring waktu kejalanya meningkat. Saya dan istri saya membiasakan untuk solat subuh berjamaah, namun rukun solat dan wudhu pun ia semakin kacau, diulang-ulang atau terbalik-balik. Lalu makan dan berpakaian saja harus dipandu. Sebelum penyakitnya mulai parah, ia tak pernah lupa menyiapkan pakaian,sepatu dan membenarkan dasi saya yang salah. Keadaannya semakin memburuk karena emosinya pun berubah drastis. Ia menjadi mudah tersinggung, mudah marah, gampang bingung, murung, sering menangis tanpa alasan, dan lebih banyak diam. Karena biasanya apapun yang ia lakukan,ia selalu bercerita jujur kepada saya. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemauannya, atau jika ia mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya, ia bisa panik,menangis,bahkan histeris. Pernah suatu hari ketika ia melakukan kesalahan kecil yang tidak ia sengaja, Istri saya berteriak-teriak dan menangis ketakutan. Memang kacaunya orientasi tempat dan waktu merupakan salah satu gejala penyakit Alzheimer. Dalam sehari bisa belasan kali istri saya menyanyakan hari.
Lalu bagaimana cara berkomunikasi? Sangat sulit. Karena Istri saya pun kesulitan mengungkapkan maksud dan pikirannya. Seolah banyak sekali yang ingin beliau katakan. Namun setiap kali kalimatnya terhenti karena tidak menemukan kata-kata, atau bisa jadi ide di benaknya pun raib.
Selain sulit berkomunikasi, Istri saya pun hampir lupa identitas kami. Kadang-kadang istri saya menyebut nama saya dengan nama mantannya dan sering pula mengira anak kami sebagai adik sepupunya. Beliau tahu bahwa kami adalah orang-orang yang dikenalnya, yang dekat dengannya, yang disayanginya, yang dirindukannya. Namun, setiap kali kami musti mengingatkan siapa nama kami. Momen- momen itu sekaligus saya manfaatkan untuk mengingatkan istri saya tentang angka dan hitungan, meskipun itu sudah tidak ada faedahnya lagi bagi istri saya… Tapi setidaknya, saya berusaha membangunkan daya pikirnya. Untuk mengaktifkan otaknya, saya selalu menyediakan buku cerita yang ringan untuknya. Karena itu saya pilihkan buku anak-anak seputar cerita rakyat, cerita nabi-nabi dan fabel… Alhamdulillah Istri saya menyukainya… Bahkan buang air besar atau kecil menjadi tak terkontrol dan harus mengenakan popok Maka dari itu saya mengundurkan diri dari pekerjaan saya dan menjadi seorang penulis seperti sekarang agar tetap bisa menjaga istri saya dan merawatnya. Sama seperti ia merawat saya dan putri kecil saya dulu yang kini sudah beranjak dewasa.
Di sisi lain, kami kesulitan untuk menjelaskan kepada orang-orang di sekitar kami tentang keadaan istri saya yang sesungguhnya. Sulit meyakinkan bahwa yang istri saya derita itu penyakit medis, bukan jin jahat, bukan kutukan… Semua itu berujung pada ketidak mengertian awam tentang penyakit Alzheimer… Bahkan sampai saat ini saya menduga masih banyak sekali orang yang tidak tahu apa itu penyakit Alzheimer…
“pah besok aku wisuda jangan lupa datang yah pah. Aku sore ini nginep dikampus supaya besok gak kesiangan. Papah jangan lupa datang ya. Bersama mama ya.” Peri kecil kini sudah tumbuh menjadi seoarang yang cantik dan mirip sekali dengan ibunya. Menjadi seorang dokter yang sosialis adalah cita-citanya agar bisa menyembuhkan penyakit ibunya dan menolong orang-orang disekitar. Entah harus memberi kabar seperti apa kepada peri kecilku yang selalu memberikan senyum tulus yang sangat mirip dengan senyum ibunya itu. “selamat ya nak, papah bangga sama kamu. Maaf papa datang telat,ini ada titipan bunga dari mamah.” Saya memberinya seikat bunga. “Mama mana pah? Gak ikut? Lagi istirahat ya pasti? Habis ini aku pasti jadi dokter yang bisa nyembuhin mama pah. Aku juga bakal bantu orang-orang yang ngebutuhin aku.” Walaupun berat, saya tetap harus memberitahukan ini kepada peri kecil saya walaupun saya tau ini adalah hari bahagianya. “mama dek… mama…..” sambil menggoyang-goyangkan tangan saya, air matanya mulai menetes. Saya sungguh berat melihatnya menangis seperti ini. “mama kenapa pah? Kok papah diam?” I “mama sudah gak ada dek….”
Meskipun kurang dikenal, faktanya Alzheimer adalah penyakit paling mematikan urutan ke 5 di dunia. Hadirnya diam-diam, berkembangnya pelan namun progresif… terus maju tanpa bisa dihentikan. Nyata-nyata Alzheimer merupakan silent killer yang tak boleh dianggap sepi. Tak kurang nyawa mendiang Ronald Reagan dan Winston Churchil pun direnggutnya.
Alzheimer telah menggerogoti kemampuan intelektual istri saya, menghancurkan kepribadiannya, mencabik-cabik emosinya, mencederai harkat kemanusiaannya….juga terhadap penderita lainnya. Lewat tulisan ini, saya hanya ingin sharing dan mengajak, mari kita kenali Alzheimer, dan cegah kehadirannya di keluarga kita. Kita mulai dengan pola hidup dan pola makan sehat. Tetap aktifkan otak dan fisik secara positif., kembangkan hobi dan komunikasi yang sehat, dan yang pasti, dekatkan diri pada Sang Khaliq, mohon perlindungannya…
Jangan sampai kecolongan!

Selamat jalan sayang,kami tetap disini, peri kecil kita telah tumbuh menjadi sosialis seperti yang kau mau. Doa kami akan terus mengalir untukmu, untuk istriku tercinta.... terimakasih sayang, semua yang kau buat begitu indah. Cinta kita sempurna, karna kamu yang menyempurnakannya....



1 comment:

  1. fiksi ya, salut banget gua baca merinding sambil denger backsound nya hehehe

    ReplyDelete