Monday, May 2, 2016

Bukan Salahnya, tapi Salahku

Kalo aku boleh beranalogi, kegagalan itu ibarat air panas, yang bisa ngebuat wortel jadi lembek(melemah n kehilangan semangat juang), atau yang bisa ngebuat telur mengeras (berontak n gak terima sama ketentuan Allah), atau juga yang bisa ngebuat kopi jadi tambah harum (keberadaannya disenangi dan dinanti orang sekitar).
Allah tau kok kapan waktu terbaik untuk ngabulkan doa setiap hambanya.

Ini yang terjadi dibulan kelahiranku, ya "April". Bulan yang aku rasa sangat dan amat istimewa. Tapi mengapa tak seistimewa biasanya?

Kemana kamu tuan?
Aku masih menunggumu bersama janji-janji yang kau lontarkan dahulu. Apa aku cukup bodoh untuk menunggu selama ini?

Lalu mengapa kau datang lagi? Setelah tau ada seseorang yang telah menghapus tangisku karnamu?

Sekarang aku mengerti, terkadang seseorang datang lagi ke hidupmu, setelah dulu dia sendiri yang memilih berlalu. Kini tiba-tiba memohon kembali bersama.

Padahal dulu aku yang mati-matian mempertahankannya, aku yang memohon pada hidupnya agar kamu tetap tinggal.

Aku bahkan sekarat menahan perih, sebab bertubi-tubi dihantam sedih. Kata-katamu yang tak pernah menjemput wanita lain, ternyata kau antarkan wanita itu ketempat tujuannya.
Kata-katamu yang semakin tak peduli dengan hubungan ini.
Kamu tetap memilih berlalu, seolah tak peduli lukaku.

Tapi semesta punya cara sendiri memperlihatkan hatiku padanya, dia tak pernah menemukan seseorang sekuat aku mencintainya.

Alasan sederhana yang membuat dia kembali. Dia ingin diberi kesempatan, melupakan betapa sesaknya aku yang dulu membunuh kenangan.

Aku tak tahu harus bagaimana; di satu sisi aku tahu rindu itu masih ada, di sisi lain aku seolah merasa semua sudah terlambat.

Aku terlanjur belajar berdamai dengan diriku sendiri. Aku tak mau melihat diriku sedih sendiri.

Namun, aku tahu, matanya selalu saja mampu membuatku rindu.

Bagaimana mungkin aku menerimanya kembali?
Bagaimana mungkin aku menanggapi beribu alasan lagi yang setiap kali kamu lakukan, selalu aku maafkan?Sementara dulu kamu pernah sengaja pergi dan membiarkanku setengah mati.

Maafkan aku tuan.
Kalaulah aku pergi duluan, bukan lagi aku tak mencintaimu.
Biarlah waktu sibukmu yang melarutkan sakit hatimu pada temanmu itu.
Ku lihat, kamu sudah benar-benar mencapai semua mimpimu. Dan mimpi kita berdua tentunya. Aku tak akan pernah melupakan perjuangan perjuangan kecil kita untuk mencapai mimpi itu tuan. Karna itu yang menjadikanku wanita seperti sekarang ini. Semoga kamu sukses selalu dimimpi-mimpimu yang lain.

Bukan salahnya, tapi salahku.
Maafkan aku tuan, kini, aku mencintainya

1 comment: