Sunday, February 28, 2016

Tiga Puluh Hari Setelah Perpisahan Kita


Kita telah masuk bulan Februari. Bulan yang aku tunggu setiap tahun. Bulan dimana aku selalu mengharapkan kejadian yang sama tepat di bulan Februari 2015, setahun silam. Dimana bulan ini adalah bulan dimana aku selalu berharap, doa mu saat meniup lilin masih sama seperti setahun silam.

Kamu ingat apa yang terjadi di tahun 2015?

Aku kesal sebenarnya jika harus mengingat semua lagi. Karena aku berusaha untuk melupakanmu, melupakan kita, melupakan bagaimana caramu menatapku, dan berharap bahwa semua kenangan kita segera tergantikan dengan kenangan baru yang aku ciptakan tanpamu. Itulah harapan yang hingga kini belum benar-benar menjadi kenyataan. Aku mengaku kalah karena tak ada kenangan yang membanggakan seperti kenangan kita dahulu.

Saat ini, masihkah aku boleh berkata jujur bahwa hari-hari yang aku lewati tanpamu adalah hari-hari penuh tanda tanya, tanda tanya yang memiliki jawaban tidak berujung. Aku selalu berharap menemukan jawaban itu bersamamu, meskipun kamu tidak akan berbalik ke arahku walau sedikit saja. Tidak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu. Sementara disini, aku hanya bisa duduk diam, menatapmu dari kejauhan, mengitarimu dengan pelukan bayangan, dan berharap suatu hari nanti Tuhan kembali menciptakan sebuah pertemuan. Dan kita punya peluang untuk saling memaafkan.

Karena sampai saat ini, aku belum bisa memaafkan tindakan yang kau lakukan kepadaku. Ingatkah tuan, tepat sebulan lalu akhir January 2016. Aku munggin tak akan menyangka kamu akan berkata dan bertindak seperti itu tuan. Karena aku telah menyiapkan sesuatu untukmu bulan Februari ini. 

Apakah karena kamu malu dengan keberadaanku?

Apa karena ada yang lain dihatimu? Mengapa kamu lakukan tuan?

Aku begitu percaya kepadamu. Apa salahku hingga kau melakukannya?

 Ceritakan padaku, hal apa yang tak bisa kau terima sampai kau membuatku mati rasa seperti ini?

Aku senang, meskipun aku sedikit gede rasa karena mengira kamu masih begitu jatuh cinta padaku. Tapi mengapa,makin hari kamu makin menjauh. Sedangkan dengan wanita lain kamu begitu akrab. Bahkan sangat akrab. Sampai kadang, aku merasa aku benar-benar harus jauh darimu. Karena itu permintaanmu.

Aku tidak tau rasanya menangis itu seperti apa. Karena ayahku selalu bilang bahwa menjadi wanita berarti menjadi tidak punya hati. Aku selalu diajarkan untuk tak mudah menyerah dan tak terlalu banyak menggunakan hati. Aku tidak tahu kenapa aku dipaksa untuk tidak memiliki hati, karena aku terlanjur memberikan seluruh hatiku padamu, meskipun pada akhirnya aku menyesal telah melepaskan kamu pergi. Aku tidak tahu kenapa seharian ini aku tidak bersemangat melakukan apapun. Aku tidak tahu mengapa malam ini kata-katamu sebulan lalu terngiang di otak dan telingaku, berharap aku punya pintu kemana saja milik Doraemon, dan bisa mengembalikanmu kepelukanku seperti dahulu. Sebelum kamu memilih perpisahan kita.

Aku tidak tahu mengapa pelupuk mataku begitu penuh, mengapa malam ini pipiku menghangat, tenggorokanku sesenggukan.  Aku tidak tahu mengapa keyboard laptopku basah. Kemudian telapak tanganku menutupi mulutku, agar tangis sialan ini mereda.

Masa, iya, sih, merindukanmu harus sesakit ini?

Sekarang, aku hanya bisa melihat lilin yang ku persiapkan dari bulan lalu untuk mendengar doa-doa itu keluar dari mulutmu lagi. Sekarang, aku hanya bisa melihat kamu yang sedang senang-senangnya dengan duniamu. Tentunya tanpa aku disampingmu.

Aku berharap, apa yang kamu cita-citakan lekas tercapai semua. Aku berharp, kamu tak pernah merasakan apa yang ku rasakan. Karena aku tau, Tuhan itu maha adil. Semoga dengan bertambahnya umurmu dapat mengurangi kebohongan-kebohongan yang sering kau ucapkan kepadaku.

Hari ini tepat sebulan aku tanpamu, Selamat ulang tahun bon cabeku, aku merindukanmu.
Dari momo yang selalu kau sebut sebagai bidadarimu.

Namun kau tinggalkan dengan mudahnya J

5 comments:

  1. Aku tidak tahu mengapa pelupuk mataku begitu penuh, mengapa malam ini pipiku menghangat, tenggorokanku sesenggukan. Aku tidak tahu mengapa keyboard laptopku basah. Kemudian telapak tanganku menutupi mulutku, agar tangis sialan ini mereda.

    di bait ini kayanya klimaksnya yah, gue bener bener bayangin zena nangis di depan laptop tau, abis tulisannya menjiwai

    ReplyDelete
  2. Ini mirip banget sama kisah gue, jdi ingat janji yg pernah terukir berdua namun dgn mudahnya dia berpaling. Februari 2016

    ReplyDelete