Wednesday, December 31, 2014

Kebohongan yang Indah

Sihir. Mama said that’s what love is. Love make everyting come alive.
Itu dapat mengubah ulat paling jelek sekalipun menjadi kupu-kupu yang paling……. Indah.
Itu dapat mengubah dunia sehingga gak pernah ada gelap,atau sedih,ataupun menyakitkan.
Tapi cinta tidak cukup kuat untuk menghentikan ibuku dari mati.
Itu tidak bisa memberikan ayah yang  gak pernah kamu miliki. Jadi sekarang kamu tinggal sendirian di dunia ini.
Tidak ada sihir.
Tapi ketika kamu berpikir,kamu gak akan pernah tau gimana rasanya sihir itu.

Seeorang yang tidak terduga datang. He’s amazing. He makes everthing better. He makes your smile again. He makes your belive….Dalam sihir kamu selalu diam-diam berharap bahwa semuanya itu benar.
Tapi kemudian semuanya berakhir. Sihirnya telah habis.
Dan semua orang mengatakan kalo sihirnya sudah hilang. Semuanya berakhir.
Magic? Love? Gak satupun dari keduanya nyata. You’re so stupid !
Gimana bisa kamu mengizinkan dirimu sendiri buat percaya?
Padahal yang kamu tau hanya….. kebohongan yang indah?

                                                              ***

Aku gak mau kamu punya penyesalan besar dalam hidupmu. Sama yang diceritakan ibumu kepadaku,tentang ayahmu. Ayahmu yang rela meninggalkan pekerjaan yang ia sukai demi kamu dan ibumu. Dia melakukan pekerjaan yang tidak dia cintai hanya untuk orang yang dia cintai. Kamu dan ibumu. Aku ingin kamu memanfaatkan setiap kesempatan yang datang kepadamu. Karena hal buruk yang bisa terjadi adalah…… kamu lebih memilih cinta daripada hidupmu daripada hidup yang kamu cintai. Dan kamu berakhir dengan membenci kedua hal tersebut.

Ini adalah hal tersulit yang pernah aku rasakan. Cerita ini sama seperti yang dialami ibuku beberapa tahun silam. Ibuku melepaskan ayahku demi pekerjaan yang ayahku cintai dan orang yang ayahku lebih cintai. Mungkin… aku dan ibuku bukan orang yang sangat ia cintai dalam hidupnya. Aku  anak dari simpanan ayahku, dan tak boleh ada seorangpun yang tau. Karena pekerjaan ayahku yang menuntutnya.
Tapi, ibu selalu menguatkanku. Ibuku berkata dia membiarkannya pergi karena dia mencintainya. Dia ingin ayah meraih mimpinya untuk menolong orang-orang. Dan dia gak mau kalo kami mengganggu hal tersebut. Dia berkata kalau itu adalah pengorbananya untuk kami, untuknya, karena kami mencintainya…

Seluruh hidupku, aku gak pernah bener-bener mengerti hal tersebut.
Tidak sampai aku melepaskan seseorang yang dahulu, yang meninggalkan ku dengan memilih wanita lain. Dia meninggalkanku dengan patah hati. Tapi itu berbeda dengan dia yang sekarang.
Aku memang sudah memutuskan untuk tidak bersama tapi bukan berati hati kita tidak lagi bersama. Kita mungkin saja bertahan lama. Tapi hatiku tidak hancur.
Faktanya sekarang, hatiku lebih kuat, lebih besar, dan lebih senang.
                                                                           ****
Setelah beberapa tahun dia kembali dan berkata “aku mendapatkan semua mimpiku karena kamu melepaskanku. Tapi semua mimpiku akan lebih berarti jika kamu bersama denganku. Aku masih mencintaimu”.
Aku tidak ingin terulang kembali seperti sihir yang datang kepadaku kala itu. Aku tidak ingin pernikahanku gagal lagi. Dan kado-kado pernikahan itu telah menjadi arang yang debunya kini telah hilang entah kemana.
“Tapi jika kita melakukan ini lagi,bagaimana kali ini bisa berbeda?”
Dia berusaha meyakinkanku dengan segala usahanya selama ini yang jauh dari ku dan tetap menjaga hatinya untukku.
“aku ingin berpikir dan percaya kalau kali ini, kita akan lebih baik. Kita lebih dewasa. Kita tau yang lebih baik. Dan kita tau apa rasanya untuk berpisah satu sama lain. Dan gak peduli kalo semua ini begitu sulit. Kita gak akan melepaskan satu sama lainnya lagi. Apakah kamu mau menikah denganku?”
"ya"
 
Dan kini  sekarang aku percaya.
Magic? Love? How could you be so stupid?
How could you allow yourself to belive.... in what you always knew was just a beautiful lie?

Itu bukanlah bohong. Mereka mungkin berbohong kepada kita, tapi cinta yang kita rasakan untuk mereka, cinta yang kita berikan pada mereka, itu benar. That was true. Itulah kenapa kita merasakan sakit yang sangat dalam ketika mencintai dengan sebuah ketulusan.
Ketulusan yang diberikan dari hati yang paling dalam dan mengorbankan berbagai harapan besar.
Dan itulah mengapa kita belajar untuk menghargai yang berikutnya, yang datang pada kita.
 

Wednesday, July 16, 2014

Jika ada yang pertama, akan selalu ada yang terakhir

 Kegelapan ini sedang menyelimut,entah sebenernya aku ga pernah mengerti kenapa ini bisa terjadi. Di malam ini, seharusnya aku bisa merasakan indahnya…

Entah apa yang tiba-tiba menyelinap diotakku. Nafsu? Atau hanya keinginan wajar seorang laki-laki? Ah entahlah. Hari ini aku merasa kecewa. Kekecewaan yang seharusnya tak pernah aku kecewakan.

Hari ini adalah hari dimana aku sebagai laki-laki dewasa punya tanggung jawab sebagaimana layaknya hidup seorang pria. Hari ini aku memberanikan diri melamar seorang gadis manis yang dulu adalah teman satu kelasku di bangku kuliah.. Ijab pun keluar dari mulutku dan akhirnya kita resmi menjadi sepasang suami istri pada hari ini.

Dari awal aku hanya bisa menatapnya,entah apa yang ada di dalam dirinya sehingga dia banyak di dekati banyak teman-temanku dikampus. Aku pun tak punya perasaan apa-apa terhadap dirinya. Sampai aku ternyata benar-benar…… mencintainya.

Semasa kuliah, aku selalu menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan termasuk salah satu kegiatan mahasiswa yang ada dikampus. Dan kamu adalah wanita yang tak pernah aku lirik sedikitpun. Karna aku begitu kuat dengan prinsip ku. Prinsip ku yang tak ingin berpacaran di bangku kuliah. Aku ingin membahagiakan orang tuaku dan adik-adikku yang sangat berharga di dalam hidupku.

Dan ternyata prinsip itu tidak berlaku kepadamu. Ya, kepada wanita manis yang sebelumnya tak pernah aku perhatikan. Tak pernah aku lihat dan aku tak pernah meliriknya sama sekali. Dialah orang yang membuat aku pernah merasa kehilangan… kehilangan? Bahkan sebelumnya aku pun tak tau apa itu kehilangan. Di setiap chat dan kalimat-kalimat perhatian darinya, tak pernah sedikitpun aku tertarik. Sampai suatu hari tak ada lagi sapaannya dalam sebuah chat atau pun sekedar menyapa langsung saat berada di kampus. Dari situlah aku merasa kehilangan…. Aku ingin dia kembali. Dan suasana itu pun kembali seperti yang aku mau. Walau pun prinsip itu tetap berlaku kepada nya,aku tetap mengganggap dia orang yang sangat special pada saat itu. Walau aku tau seorang wanita remaja biasanya membutuhkan status. Tapi dia tidak……Perhatian nya,setiap kalimat yang dikirimnya,membuat hidupku berwarna dan terasa begitu indah saat mendengar suara kekanak-kanakannya melalui telepon. Be happy! Semua terasa begitu sempurna.

Tak bisa dibayangkan saat dia bercerita hal yang tak pernah terbayang. Yang aku tau, yang aku lihat, kamu tidak nakal nona. Kamu wanita pendiam yang cuek tidak mau mengikuti tren remaja-remaja dengan make up. Kamu natural. Kamu sederhana. Kamu mandiri. Dan semua itu yang membuat aku tertarik  padamu.
Dan ternyata semua itu palsu! Ya, dibalik semua itu ternyata kamu menyimpan hal yang seharusnya tak pernah dilakukan oleh seorang wanita pendiam. Apakah ternyata pendiam itu menghanyutkan? Seperti sungai tenang kalimalang yang ternyata membuat banjir Jakarta?

Walau pun masa lalu adalah hal yang tak perlu di ungkit, walau pun aku tau sekarang kamu tak pernah seperti itu lagi, walau pun aku telah lama mengetahui ini, dan aku telah menerimanya, tetapi rasa kecewa itu datang saat malam dimana harusnya kita bahagia… kita? Sepertinya hanya aku yang ingin seperti itu. Entah aku tak tau pikiran apa yang sedang merasuki diriku.

Maafkan aku yang setelah malam itu mendiamkan mu. Maafkan aku sayang…. Seharusnya aku tak melakukan ini… Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terutama laki-laki,kalo mau istri pasti menginginkan sebuah kehormatan yang biasa selalu disebut keperawanan. Apa itu keperawanan? Setau ku,keperawanan itu keutuhan kondisi selaput dara(hymen) yaitu merupakan lipatan membran yang menutup bagian luar vagina. Berati ga perawan itu apa? Yang pasti hymen-nya sudah tidak utuh. Sejauh pengetahuan yang saya tau, hymen itu ga ada fungsinya sama sekali selain dia bisa mengeluarkan darah kalau sobek.
Karena pendidikan seks di Indonesia orang-orang taunya perawan itu berati ada darahnya saat selaput sobek. Coba gimana perasaan perempuan-perempuan yang selaput dara nya sobek karena aktivitas berat seperti olahraga atau memang ga punya sejak kecil?

Menurut Reza A.A Wattimena,dosen filsafat salah satu perguruan tinggi,”Tidak ada hubungan antara kesucian dan keperawanan. Seorang ibu yang harus melacur guna memenuhi kebutuhan hidup anaknya jauh lebih suci, daripada seorang perawan yang suka ngegosip atau memfitnah orang lain. Kesucian itu soal hati dan pikiran, sama sekali bukan soal keperawanan.

Dan semua telah membuka pikiran dan ego ku. Keperawanan bukanlah komoditi. Keperawanan adalah hak seutuhnya dari si pemilik. Kepada siapa dia mau memberi keperawanannya bukan urusan siapapun selain dirinya sendiri. Yang jelas siapapun dia, kini dialah orang yang aku pilih sebagai pendamping masa depanku. Meski masa lalunya kelam,tetapi bersama ku, masa depannya masih suci. Masih perawan atau tidak, itu bukanlah hal yang seharusnya aku permasalahkan. Apa untungnya kalau aku mementingkan itu? Toh hal itu tidak punya fungsi sama sekali. Sekarang aku hanya butuh seorang pendamping yang bisa membimbing anak-anakku dan menjadi teman berbagi saat senang dan susah.

Bagi saya keperawanan itu seperti agama,itu hak privat semua orang. Yang jelas, beragama atau enggak, perawan atau engga, asalkan dia bisa tetep jadi manusia baik dan ga ngerugiin manusia lain, memberi kontribusi yang baik pada dunia, itu sama sekali bukan masalah.

Setelah sebulan ini aku tak menghubungimu kerena kekecewaan itu, aku sadar, ternyata yang ku inginkan itu tidaklah penting seperti yang ada dalam ego ku. Tidak sepenting yang dibicarakan orang-orang…Karena aku telah lama mengenalmu….Karena akulah yang paling mengetahui semua tentang kamu….. Ketika kamu ga mampu minum teh pahit, kamu akan dengan sengaja menambahkan gula agar teh itu menjadi manis. Sama seperti hidup. Kalau kamu ga mampu ngelewatin kesedihan sendiri,tuhan pasti memberikan orang lain sebagai pemanis dalam hidupmu. Itulah yang seharusnya aku lakukan. Seharusnya aku menjadi pemanis dalam hidupmu, bukan lagi sebagai penambah beban kesedihanmu. Apalagi di sebabkan oleh egoku. Aku tau kamu mempunyai tekad yang kuat untuk berubah menjadi yang lebih baik nona. Seharusnya, aku tak pernah lagi mengungkit masa lalu itu. Karena semua terjadi bukan atas kehendakmu. Aku sangat menghargai sebuah kejujuran yang kau berikan kepadaku. Meski itu sangat mengecewakan. Dan itu terjadi bukan karena suatu alasan yang tak logis. Tuhan pasti punya rencana lain dibalik semua ini.

Dan ternyata aku benar-benar tak salah memilihmu. Bersamamu, ku lewati lebih dari 1000 malam, dan 6 tahun telah berlalu. Kamu selalu bisa menghormati dan menyayangiku,begitu juga menyayangi kedua orangtua ku dan juga adik-adik kesayanganku. Kamu bisa membimbing anak-anak kita menjadi anak-anak yang soleh dan solehah. Seperti yang sering kita guraukan dulu saat di bangku kuliah, mempunyai sepasang anak laki dan perempuan yang selalu aku rindukan canda tawa dan tangisnya saat aku penat menjalani pekerjaanku. Sekarang aku adalah seorang ayah yang harus bisa membimbing istri dan anak-anaku dan bukan membesarkan ego ku….

Jika ada yang pertama, akan selalu ada yang terakhir. Kamu hanya perlu mencari sebuah jalan untuk menemukannya. Walau berdiri ditempat gelap sekalipun,kamu akan tetap bisa melihatnya. Seperti kamu ngelihat sungai langit dalam kegelapan. Seperti menemukan lorong panjang setelah gelap. Seperti aku menemukan kamu J

Thursday, March 20, 2014

Membeli Kesadaran

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima .Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.

Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.

Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.

Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:

” Maaf, nona … Apakah anda sedang menunggu seseorang? “
” Tidak! ” Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
” Lantas untuk apa anda duduk di sini?”
” Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..
” Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.”
” Maksud, bapak? “
” Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ”
” Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ” Kata wanita itu dengan suara lambat.
” Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ”
Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
” Ok, lah.
Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti.
” Saya ingin menjual diri saya, ” Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.

Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
” Mari ikut saya, ” Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.

Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu.

Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.

” Apakah anda serius? ”
” Saya serius ” Jawab wanita itu tegas.
” Berapa tarif yang anda minta?
” Setinggi-tingginya. .”
” Mengapa?” Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
” Saya masih perawan ”
” Perawan?
” Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya
” Bagaimana saya tahu anda masih perawan?”
” Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan?”
” Kalau tidak terbukti? “
” Tidak usah bayar …”
” Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.
” Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ”
” Cobalah. ”
” Berapa tarif yang diminta? ”
” Setinggi-tingginya. ”
” Berapa? ”
” Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ”
” Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini.
Tunggu sebentar ya. ”

Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.

Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.

” Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?”
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
” Ini termasuk yang tertinggi, ” Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
” Saya ingin yang lebih tinggi…”
” Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam itu berlalu.
Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.

” Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana?”
” Tidak adakah yang lebih tinggi?”
” Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh… ”
” Saya ingin tawaran tertinggi … ” Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.

” Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit. Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.

” Ini yang saya maksud, tuan.
Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu dengan sopan.

Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu …

” Berapa? ” Tanya pria itu kepada Wanita itu.
” Setinggi-tingginya ” Jawab wanita itu dengan tegas.
” Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” Kata pria itu kepada sang petugas satpam.
” Rp.. 6 juta, tuan ”
” Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ”

Wanita itu terdiam.

Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.

” Bagaimana? ” tanya pria itu.
”Saya ingin lebih tinggi lagi …” Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
” Bawa pergi wanita ini. ” Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.
” Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ”
” Tentu! ”
” Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu … ”
” Saya minta yang lebih tinggi lagi …”
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang.
Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
” Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya. ”
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
” Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah. Apakahitu tidak cukup? ” Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah pria itu nampak masam seketika
” Datanglah kemari.
Saya tunggu. Saya kangen kamu. Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ”

Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.

Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: ” Pak, apakah anda butuh wanita … ??? ”
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
” Ada wanita yang duduk disana, ” Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.

“Dia masih perawan..”
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. ” Benarkah itu? ”
” Benar, pak. ”
” Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu … ”
” Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi tingginya.”
” Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria itu menyalami hangat wanita itu.
” Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
” Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.

Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
Di dalam kamar …

” Beritahu berapa harga yang kamu minta? ”
” Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ”
” Maksud kamu? ”
” Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih …. ”
” Hanya itu …”
” Ya …! ”
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanita ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi.
Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.

” Siapa nama kamu? ”
” Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar … ” Kata wanita itu
” Saya tak bisa menyebutkan harganya.
Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ”
”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ”
” Ada ! ” Kata pria itu seketika.
” Sebutkan! ”
” Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit. Dan sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
” Saya tidak mengerti …”
” Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar …”
” Dan, apakah bapak ikhlas…? ”
” Apakah uang itu kurang? ”
” Lebih dari cukup, pak …
 
” Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ”
” Silahkan …”
” Mengapa kamu begitu beraninya … ”
” Siapa bilang saya berani. Saya takut pak … Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal. Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu. Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh`… Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan … ”
” Keyakinan apa? ”
” Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita … ” Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.

Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:

” Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini … ”
” Kesadaran… ”



Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.” Kamu sudah pulang, nak ”
” Ya, bu … ”
” Kemana saja kamu, nak … ???”
” Menjual sesuatu, bu … ”
” Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum …
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini.
Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan

….
” Kini saatnya ibu untuk berobat … ”
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual… ”.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir taksi:”Antar kami ke rumah sakit”

Saturday, February 1, 2014

Aku Rindu Al Qur’an Setelah Aku Murtad


MAGDALENA, seorang wanita berusia 37 tahun. Usia yang  sudah tidak belia. Seiring berjalannya usia, muncul kemantapan hatinya untuk menentukan jalan hidupnya yang terasa sangat disesali atas pengalamannya selama ini. Penuturannya menambah pengalaman baru buat diriku. Setiap orang yang datang bercerita padaku, memang selalumembawa masalahnya masing-masing. Aku berdo’a, semoga Allah Subhana Wa Ta’ala senantiasa mencurahkan hidayah-Nya kepada setiap hamba-Nya, aamiin.Magdalena terlahir dari keluarga Muslim yang biasa saja. Dalam arti keluarga Muslim yang hampir kebanyakan di Indonesia; memiliki orang tua Muslim dan memiliki 2 orang anak. Sejak dini, sang anak sudah diikutkan ke TPA (Tempat Pengajian Al-Quran) di sebuah kota di Jawa tengah.

Akibat minimnya pengetahuan agama orang tuanya, akhirnya Magdalena kecil hanya mendapatkan pendidikan agama seadanya dari TPA, tempat dia belajar mengaji yaitu hanya cara membaca Quran.Tanpa ada bimbingan akidah dan dasar dasar keimanan yang kuat, maka Magdalena kecil cenderung lebih suka bergaul dengan teman teman non Muslim.  Lingkungan tempat dia tinggal memang mayoritas non-Muslim.Sampai pada usia remaja, Magdalena mulai berani main ke tempat ibadat agama lain, dan memang juga karena tidak juga dilarang oleh orang tuanya, maka dia pikir ini boleh, bahkan ikut dalam seremoni keagamaan, sampai akhirnya hal tersebut yang membuat dia berpikir bahwa semua agama adalah sama saja, hal ini pun diperjelas dengan Magdalena yang mulai puber dan memiliki pacar seorang dari non – Muslim.

Dari bulan ke bulan, tahun ke tahun, ia pun tidak terasa Magdalena sudah masuk kedalam keyakinan yang sangat jauh dari keadaannya sebagai Muslimah.Pada satu hari, setelah lulus dari SMA, Magdalena memberanikan dirinya untuk berbicara dengan orang tuanya agar mengijinkan dia untuk merubah agamanya.Sang ayah yang tadinya biasa saja akhirnya kaget dan tersentak dengan pengakuan dari anaknya. Sang ayag menentang keinginan Magdalena dengan sangat keras. Namun berkat bantuan pacarnya, Magdalena berhasil kabur dari rumah dan menumpang di rumah pacarnya tersebut.Dari situ, Magdalena berubah menjadi Murtad.

Sebenarnya, dia pun belum mengerti betul apa itu arti keluar dari Islam. Semuanya dibutakan oleh cinta mendalam kepada sang pacar.Hari demi hari dilalui Magdalena dalam masa pembelajarannya, yang akhirnya dia menerima pinangan dari sang pacar untuk menjadi istrinya, dan dilakukanlah pernikahan secara catatan sipil, tidak melalui pernikahan agama, itupun dilakukan di luar negeri, yang katanya masih memperbolehkan pernikahan tanpa dasar agama sama sekali, dan menikahlah mereka tahun 2006 silam, di mana Magdalena sudah menginjak usia 32 tahun, dan dijalanilah rumah tangga barunya, dengan agama barunya tersebut.

Namun berjalannya waktu dan akhirnya sedikit demi sedikit mulai terbukalah tabiat masing masing, dan kejelekan yang selama pacaran tersembunyi dengan apik, mulai terkuak dan kelihatan, yang membuat magdalena menjadi mulai bertanya Tanya apakah ini benar jodohnya? Lalu bagaimanakah dia yang sudah menggiring aku kepada agama dia dan membuat aku berpindah agama, kenapa sekarang dia tidak mengajari aku lagi? Dan kemanakah jemaat jemaat agama dia yang dulu sangat antusias waktu mengetahui aku berpindah agama dan sangat menyemangati aku?Sekarang, sang suami sudah mulai memainkan tangannya untuk memukul, mabuk-mabukan, dan berani main perempuan.
Iya, karena dalam agamanya saat ini kebiasaan buruk itu tidak dilarang, sebagaimana Islam sangat menjaga dan mengatur secara total kehidupan manusia mulai dari bangun hingga tidur.Di sinilah awal Magdalena mulai mengingat kembali apa yang pernah dia pelajari dari kehidupan orang tuanya dulu; akur tentram sampai sudah tua. Hingga suatu hari sang suami berkata akan menceraikannya, karena dinilai sudah tidak cantik di samping ada wanita idaman lain yang memikat hati suaminya.
Bagai dihantam batu keras, Magdalena kehilangan pegangan dalam hidupnya.

Dia mencoba untuk mendatangi petinggi agama yang dia anut saat itu. Apa boleh buat, lebih baik bercerai, pikirnya. Ia pun mencoba pindah tempat ibadah  demi mencari ketenangan batin hingga akhirnya dia diusir dan harus mencari tempat kost sampai perkara cerainya diselesaikan di pengadilan. Hal ini juga dikarenakan rumah tempatnya tinggal selama ini adalah milik suaminya. Ia berfikir tidak ada hak untuk tinggal di san, terlebih hak atas diri tidak diatur dalam agama yang kini dianutnya.Terpuruk dalam keadaan yang sangat kelam, Magdalena menjadi pribadi pemurung. Ia kerap mengunci diri dalam kamar kostnya yang kecil dan pengap, tidak mau makan, dan enggan bersosialisasi dengan teman kost yang lain.Sampai suatu hari, teman sebelah kostnya sedang mengaji, membaca ayat suci Al-Quran, lembut dan perlahan, dan Magdalena akhirnya mencoba untuk mendengarkan, dan hatinya perlahan lahan mulai terasa kesejukan dari lantunan demi lantunan ayat suci Al-Quran yang dibaca oleh teman sebelah kamarnya tersebut.Akhirnya Magdalena memberanikan diri untuk berkenalan dan meminta teman sebelah kamarnya tersebut untuk membacakan ayat tersebut diulang dan diulang, dan diulang pada bagian yang sama,Setiap hari ditunggunya teman sebelah kamar kost nya tersebut sepulang kerja dan dimintakan untuk membacakan ayat yang sama dan dibaca ulang sampai akhirnya Magdalena bisa mengingatnya dan menirukannya dan membaca sendiri, dan hafal.

Dia merasakan kelegaan yang luar biasa, Tuhan telah mengangkat beban hidupku pikirnya, dan ini menjadi hal baru dalam hidupnya, sebuah penyegaran terhadap kelamnya masa dia meninggalkan Al-Quran, kelamnya dunia saat dia meninggalkan Islam, dan dirasakan ternyata Tuhan itu tetap ada dan terus menemaninya pada saat tidak ada satu orang pun yang memperdulikan dia, yaitu Tuhan Allah Subhana Wa Ta’ala.Namun Magdalena mencoba hatinya, apakah dia akan rindu tidak pergi ke tempat ibadah agamanya sekarang dan tidak melantunkan sepenggal ayat Quran yang dia sudah hafal, dia mencoba satu minggu tidak ke tempat ibadah agama dia, dan juga tidak melantunkan penggalan Quran, tidak ada hal aneh yang terjadi, hatinya biasa saja, dua minggu dia lakukan hal yang sama.Namun sekarang ada kegelisahan tersendiri, hatinya selalu mengucap hafalan Quran yang dia coba untuk tidak diucapkan dalam dua minggu terakhir, sewaktu memasuki akhir minggu ketiga, akhirnya dia memang tidak rindu untuk ke tempat ibadahnya yang sekarang.Dia lebih rindu dengan sepenggal bacaan Quran yang dia hafal, yang akhirnya membuat dia membuka komputer di warnet, mencari tahu bagaimana Islam, bagaimana menjadi seorang Islam, dan bagaimana hidup sebagai Muslimah. Segala kisah pelik itulah yang akhirnya membawanya kepada Mualaf dan akhirnya melakukan konseling dengan chatting lalu bertemu dengan Pembina mualaf wanita, sehingga antara wanita akan lebih mudah untuk terbuka, dan akhirnya sampailah kepada diriku, dan bercerita berbagai pengalamannya.

posted from Bloggeroid

Monday, January 20, 2014

Ayah



Suatu ketika, ada seorang anak perempuan bertanya kepada
Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap
wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-
bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya
pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan
badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya,
ketika Ayahnya sedang santai di beranda.


Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban
Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa
penasaran.

 Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak
wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya
mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.”
Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.


Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri
Ibunya lalu bertanya :”Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut
dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar – benar
bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”
Hanya itu jawaban Sang Bunda.


Anak perempuan itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi
dia tetap saja penasaran.


Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi
itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas
sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu
rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

 “Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin
keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia
senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa
aman teduh dan terlindungi. “


“Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting
tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup
kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. “


“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari
sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal
dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “


“Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat
dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya
tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya
basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”


“Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya
tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya
keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. “


“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang
demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi
apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai
perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah
memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya
tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan
kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar
selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”


“Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk
memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan &
menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap
Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. &
bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,
walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap
“kesetiaan” yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”


“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-
laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari &
menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia
& BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai
laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya,
senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap
perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup
keluarganya. “


“Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai
Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di
Dunia & Akhirat.”


Setelah anak perempuan itu terbangun dari tidurnya,iyapun menatap langit yang sedang mendung sambil memandang gurat wajah ayahnya yang semakin hari kian mengerut. “Besok? Ya besok adalah hari pernikahanku aku tak ingin perpisah tentunya dari ayah yang selama ini selalu menjagaku dan menguatkan aku”

Hari ini hari terakhir aku bisa menatap wajahnya yang semakin hari semakin terlihat kerut dikening dan pinggiran matanya,yang membuat ku tak mau beranjak dari pangkuannya. Kini aku yang dewasa, yang dahulu selalu merengek dan menangis, kau lepas aku dengan orang lain..

Air mata ku menetes saat ayah mengiklaskan aku dengan mengesahkan ijab qobul calon suamiku. Ingatanku kembali mereka-reka semua kejadian indah bersama ayah.

Saat aku belum bisa berjalan, ayahlah yang memberiku semangat agar aku bisa berjalan dan lalu berlari.

Saat aku mulai masuk sekolah, disela-sela waktu sibuknya ia selalu membantu aku mengerjakan tugasku. Di sela-sela waktu sibuknya, ayah selalu mengantarkan aku kesekolah dengan motor vespa hijau kesayangannya.
Kau kecup mesra keningku saat aku akan tertidur pulas. Kau kuatkan aku saat aku menangis karena sakit yang kurasa. Bersamamu, ayah. Aku tak pernah merasa menjadi anak perempuan yang lemah.

Saat kehidupan mengajariku untuk menjadi dewasa, kau selalu meyakinkan aku bahwa aku bisa. Meski semua orang menganggapku remeh, kau selalu memberiku semangat melalui hal-hal yang tidak aku sadari.

Saat aku beranjak dewasa, tak ada yang boleh satupun mendekati aku. Setiap ada teman laki-laki ku datang kerumah, ia selalu berdiri paling pertama menanyakan kejelasan ada apa dia datang kerumah.
Jika dia tau, aku pernah disakiti oleh salah satu dari mereka pasti ia sangat marah dan sangat membelaku. Meski pun tau salah, dia selalu membelaku. Walaupun aku tak pernah tau cara-caranya membelaku.

Kini aku tau perasaan ayah saat ia melarangku keluar malam. Dia lakukan itu karena takut terjadi apa-apa terhadapku.

Kini aku tau saat ayah melarangku untuk dekat dengan laki-laki. Dia lakukan itu karena takut hatiku tersakiti.

Kini aku tau mengapa ayah tak biarkan aku pergi sendirian. Dia lakukan itu karena dia tak mau aku merasakan kesendirian.

Dan kini akupun tau, mengapa ayah merelakan aku dengan mengesahkan ijab qobul itu. Dia lalukan itu, karena ia ingin anak perempuan kecilnya tetap bisa bahagia. Meski aku tau, ayah tek pernah rela kehilangan anak perempuan kecilnya yang selalu ia pangku saat sore hari setelah ia melepas lelahnya.


Terimakasih ayah… kini aku mengerti :)