Monday, January 20, 2014

Ayah



Suatu ketika, ada seorang anak perempuan bertanya kepada
Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap
wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-
bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya
pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan
badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?” Demikian pertanyaannya,
ketika Ayahnya sedang santai di beranda.


Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban
Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa
penasaran.

 Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak
wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya
mengatakan : “Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.”
Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.


Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri
Ibunya lalu bertanya :”Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut
dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar – benar
bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”
Hanya itu jawaban Sang Bunda.


Anak perempuan itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi
dia tetap saja penasaran.


Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi
itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas
sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu
rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

 “Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin
keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia
senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa
aman teduh dan terlindungi. “


“Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting
tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup
kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. “


“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari
sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal
dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “


“Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat
dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya
tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya
basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”


“Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya
tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya
keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. “


“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang
demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi
apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai
perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah
memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya
tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan
kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar
selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”


“Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk
memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan &
menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap
Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. &
bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka,
walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap
“kesetiaan” yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”


“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-
laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari &
menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia
& BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai
laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya,
senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap
perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup
keluarganya. “


“Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai
Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh
laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di
Dunia & Akhirat.”


Setelah anak perempuan itu terbangun dari tidurnya,iyapun menatap langit yang sedang mendung sambil memandang gurat wajah ayahnya yang semakin hari kian mengerut. “Besok? Ya besok adalah hari pernikahanku aku tak ingin perpisah tentunya dari ayah yang selama ini selalu menjagaku dan menguatkan aku”

Hari ini hari terakhir aku bisa menatap wajahnya yang semakin hari semakin terlihat kerut dikening dan pinggiran matanya,yang membuat ku tak mau beranjak dari pangkuannya. Kini aku yang dewasa, yang dahulu selalu merengek dan menangis, kau lepas aku dengan orang lain..

Air mata ku menetes saat ayah mengiklaskan aku dengan mengesahkan ijab qobul calon suamiku. Ingatanku kembali mereka-reka semua kejadian indah bersama ayah.

Saat aku belum bisa berjalan, ayahlah yang memberiku semangat agar aku bisa berjalan dan lalu berlari.

Saat aku mulai masuk sekolah, disela-sela waktu sibuknya ia selalu membantu aku mengerjakan tugasku. Di sela-sela waktu sibuknya, ayah selalu mengantarkan aku kesekolah dengan motor vespa hijau kesayangannya.
Kau kecup mesra keningku saat aku akan tertidur pulas. Kau kuatkan aku saat aku menangis karena sakit yang kurasa. Bersamamu, ayah. Aku tak pernah merasa menjadi anak perempuan yang lemah.

Saat kehidupan mengajariku untuk menjadi dewasa, kau selalu meyakinkan aku bahwa aku bisa. Meski semua orang menganggapku remeh, kau selalu memberiku semangat melalui hal-hal yang tidak aku sadari.

Saat aku beranjak dewasa, tak ada yang boleh satupun mendekati aku. Setiap ada teman laki-laki ku datang kerumah, ia selalu berdiri paling pertama menanyakan kejelasan ada apa dia datang kerumah.
Jika dia tau, aku pernah disakiti oleh salah satu dari mereka pasti ia sangat marah dan sangat membelaku. Meski pun tau salah, dia selalu membelaku. Walaupun aku tak pernah tau cara-caranya membelaku.

Kini aku tau perasaan ayah saat ia melarangku keluar malam. Dia lakukan itu karena takut terjadi apa-apa terhadapku.

Kini aku tau saat ayah melarangku untuk dekat dengan laki-laki. Dia lakukan itu karena takut hatiku tersakiti.

Kini aku tau mengapa ayah tak biarkan aku pergi sendirian. Dia lakukan itu karena dia tak mau aku merasakan kesendirian.

Dan kini akupun tau, mengapa ayah merelakan aku dengan mengesahkan ijab qobul itu. Dia lalukan itu, karena ia ingin anak perempuan kecilnya tetap bisa bahagia. Meski aku tau, ayah tek pernah rela kehilangan anak perempuan kecilnya yang selalu ia pangku saat sore hari setelah ia melepas lelahnya.


Terimakasih ayah… kini aku mengerti :)

No comments:

Post a Comment